
Penyuluh Agama Islam KUA Kalimanah, Imam Edi Siswanto bersama anak-anak dan remaja TQ Nurul Iman dalam pengajian malam Jumat (Tadarusan) keliling kampung, (Foto: IES)
Berikut penjabaran materi “Mempersiapkan Generasi Berkualitas” sebagai poin ke-2 dari rangkaian Materi Wajib Bimbingan Perkawinan (Bimwin), lengkap dengan konteks, pokok materi, dan landasan dalilnya:
Materi ini penting karena mempersiapkan calon orangtua memahami dan menyusun cara mendidik anak yang Islami, berkarakter kuat, dan seimbang, baik dari perspektif pribadinya maupun sosial.
Materi ini bertujuan memperjelas dan menstrukturkan konsep tersebut menjadi nilai konkret dalam pengasuhan.
BACA JUGA: https://www.bekalbaik.com/mempersiapkan-keluarga-sakinah/
Tugas menyiapkan generasi berkualitas sudah diamanatkan oleh kitab suci Al Quran kepada seluruh umat Islam dalam QS An Nisa ayat 9.
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا
Artinya: “Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak keturunannya).”
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim ayat 6).
Hadist Rasululloh saw.
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ
Artinya: “Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun. Pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka“. (HR. Abu Daud no. 495. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Frasa “pukullah mereka” dalam konteks ini bukan berarti kekerasan, melainkan bentuk disiplin bertanggung jawab, dan banyak ulama memberi batasan ketat terkait adab dan etika pemukulan.
Materi ini mengajak peserta untuk mengeksplorasi nilai-nilai dan harapan mereka tentang sosok anak, menyelaraskannya dengan konsep perkembangan anak menurut ajaran Islam.
Materi ini umumnya mencakup hal-hal berikut:
- Fokus pada pendidikan karakter anak – Penanaman nilai-nilai awal agar anak tumbuh menjadi sehat, cerdas, berbudi pekerti, dan berakhlak mulia.
- Peran orang tua sebagai pendidik utama – Calon pengantin diajak memahami bahwa mereka adalah guru pertama bagi anak mereka.
- Persiapan kesejahteraan anak – Termasuk kesehatan reproduksi dan perencanaan kehamilan sehat agar si kecil lahir dalam kondisi optimal.
- Ekonomi dan manajemen keluarga – Pengelolaan keuangan dan kebutuhan rumah tangga yang efektif mempengaruhi kualitas tumbuh-kembang anak.
- Mental dan spiritual calon orang tua – Keseriusan dan kesiapan lahir batin penting dalam berperan sebagai ayah/ibu dan penguat generasi.
- Metode pembelajaran yang interaktif – Termasuk roleplay, studi kasus, diskusi, refleksi, dan pemakaian aplikasi digital seperti Elsimil untuk kesiapan menikah dan memiliki keturunan.
Ciri-Ciri Generasi Berkualitas
Aspek Agama dan Moral (Penguatan nilai-nilai Islam) seperti:
- Rukun Iman dan Rukun Islam
- Nilai Islam moderasi (rahmatan lil ‘alamin):
- At‑Tawasuth (moderasi, tidak ekstrem)
- At‑Tawazun (keseimbangan)
- I’tidal (teguh dalam kebenaran & keadilan)
- At‑Tasamuh (toleransi, empati, menghormati perbedaan)
- Amar Ma’ruf Nahi Munkar: kepekaan berbuat kebaikan, menolak kejahatan
- Identitas Muslim, seperti, Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim)
Materi ini juga menekankan bahwa banyak suami-istri belum memiliki konsep pengasuhan yang jelas, hanya gambaran umum seperti “menghendaki anak yang sukses, sholeh, dan berguna”.
Sumber: diolah dari berbagai sumber
Add Comment