
Meneladani Nabi Muhammad SAW, artinya: Belajar dari sikap, akhlak, dan kebiasaan baik Nabi Muhammad SAW, lalu mencoba menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Membangun Generasi Smart Artinya: Menjadi pelajar yang cerdas, pintar berpikir, suka belajar, dan berinovasi, seperti Nabi yang dikenal sangat bijak dan cerdas dalam menyelesaikan masalah.
https://www.bekalbaik.com/kelulusan-sekolah-titik-awal-amanah-baru-dan-ini-peran-orang-tua/
https://www.bekalbaik.com/doa-untuk-anak-yang-wajib-orang-tua-ketahui/
Relegius Artinya: Menjadi orang yang taat kepada Allah, rajin beribadah, berdoa, dan menjauhi larangan-Nya, sebagaimana Nabi Muhammad SAW yang sangat dekat dengan Allah dan selalu menjaga ibadah.
Beradab Artinya: Punya akhlak yang baik, sopan santun, hormat kepada guru dan orang tua, serta berperilaku jujur dan santun, seperti akhlak Nabi Muhammad SAW yang sangat mulia.
Sebagai pelajar, meneladani Nabi Muhammad SAW berarti berusaha menjadi anak yang cerdas dalam belajar, taat beragama, dan berakhlak baik, agar bisa menjadi generasi yang membanggakan bagi agama, orang tua, dan bangsa.
Kisah Singkat Rasululloh saw.
Kisah singkat ini bertujuan untuk, mengenalkan kepribadian Nabi Muhammad sebagai teladan. Kemudian untuk menumbuhkan semangat menjadi generasi cerdas (smart), taat agama (religius), dan punya akhlak mulia (adab).
Adapun penjelasan ringkas tentang makna Maulid Nabi saw antara lain mengenang kelahiran, akhlak, dan perjuangan Rasulullah. Mencintai Rasulullah dengan meneladani akhlaknya, menelusuri perjuangannya, dan mengamalkan ajarannya dalam kehidupan kita sebagai umat Islam.
1. Sebelum Lahir dan Kelahiran Nabi
Nabi Muhammad ﷺ lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal di kota Makkah, tahun Gajah (sekitar tahun 570 M). Sebelum beliau lahir, ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib, telah wafat.
Ibunya, Aminah binti Wahab, juga wafat saat beliau masih berusia 6 tahun, sehingga Nabi menjadi yatim piatu sejak kecil. Beliau kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, lalu oleh pamannya, Abu Thalib. Kelahiran Nabi adalah awal dari datangnya cahaya Islam yang menerangi dunia.
2. Masa Anak-Anak dan Remaja
Sejak kecil, Nabi Muhammad dikenal sebagai anak yang jujur, sopan, dan dipercaya banyak orang. Beliau menggembala kambing untuk membantu keluarganya dan belajar hidup mandiri.
Saat remaja, beliau ikut berdagang bersama pamannya ke luar kota, dan mulai dikenal karena kejujurannya dalam berdagang. Karena sifat jujurnya, beliau diberi gelar Al-Amin (yang dapat dipercaya) oleh masyarakat Quraisy.
3. Masa Dewasa dan Pernikahan
Di usia 25 tahun, Nabi menikah dengan seorang wanita kaya dan mulia, Khadijah binti Khuwailid. Pernikahan mereka penuh cinta dan dukungan.
Khadijah menjadi istri pertama dan satu-satunya selama 25 tahun pernikahan mereka. Nabi terus berdagang dengan sukses, namun selalu rendah hati dan dermawan.
Beliau sering menyendiri di Gua Hira, merenungi kehidupan dan keadaan masyarakat Makkah yang penuh kebodohan dan penyembahan berhala.
4. Turunnya Wahyu dan Diangkat Menjadi Rasul
Pada usia 40 tahun, Nabi Muhammad menerima wahyu pertama dari Allah SWT melalui malaikat Jibril di Gua Hira. Wahyu pertama tersebut adalah surat Al-‘Alaq ayat 1–5, yang memerintahkan untuk membaca atas nama Tuhan.
Sejak saat itu, Nabi resmi diangkat menjadi Rasul dan mulai menyampaikan ajaran Islam secara sembunyi-sembunyi, lalu terang-terangan. Meskipun mendapat banyak penolakan dan siksaan dari kaum Quraisy, Nabi tetap sabar dan tegar dalam menyampaikan dakwah.
5. Hijrah, Perjuangan, dan Wafatnya Rasulullah
Setelah 13 tahun berdakwah di Makkah, Nabi hijrah ke Madinah dan membangun masyarakat Islam yang kuat dan beradab. Banyak peperangan dan ujian yang beliau hadapi, namun beliau selalu mengedepankan kasih sayang, keadilan, dan perdamaian.
Setelah menyempurnakan risalah Islam selama 23 tahun, Nabi wafat pada usia 63 tahun di rumah Aisyah ra., tepatnya pada 12 Rabiul Awal. Beliau dimakamkan di kamar tersebut, yang kini berada dalam area Masjid Nabawi. Warisan beliau bukan harta, tapi ajaran Islam yang agung, akhlak mulia, dan kasih sayang untuk seluruh umat.
Menurut Ibnu Katsir dan mayoritas ulama, hari kelahiran dan wafat Nabi sama-sama jatuh pada hari Senin, 12 Rabiul Awwal, meskipun sebagian ulama berbeda pendapat soal tanggal lahir (antara 8–12 Rabiul Awwal).
Nabi wafat pada usia 63 tahun, setelah menyempurnakan dakwah selama 23 tahun (13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah).
Teladan Nabi Muhammad: Akhlak & Ilmu
A. Nabi sebagai Uswatun Hasanah (Teladan Terbaik)
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)
B. Dan Nabi memiliki tugas (Penyampai, kabar gembira dan peringatan)
Dalil utama mengenai tugas Rasulullah saw. terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Ma’idah ayat 99
مَا عَلَى الرَّسُوْلِ اِلَّا الْبَلٰغُ ۗ
Artinya: Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan (ajaran Allah).
dan surah Al-An’am ayat 48, yang menegaskan bahwa tugas pokok beliau adalah menyampaikan risalah (wahyu) Allah kepada manusia tanpa mengurangi atau menambahnya, serta untuk memberi kabar gembira dan peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah diutusnya para rasul.
وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِيْنَ اِلَّا مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَۚ فَمَنْ اٰمَنَ وَاَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
Artinya: “Tidaklah Kami utus para rasul melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Siapa beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
Al-Anbiya ayat 107 yang berbunyi:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
sabda Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya pada bab musnad Abi Hurairah yang berbunyi:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.”
C. Sifat Utama Nabi:
Shiddiq (jujur), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (menyampaikan) dan Fathonah (cerdas atau bijaksana),
Keempat sifat ini adalah cerminan kesempurnaan akhlak dan karakter Nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah yang tidak bias dipisahkan. Sifat tersebut menjadi kepribadian yang utuh dan melekat pada diri Rasululloh.
Tujuannya bukan hanya untuk meneguhkan keabsahan kenabian, tetapi juga menjadi teladan utama bagi umat Islam dalam kehidupan sehari-hari: jujur, bertanggung jawab, menyampaikan kebaikan, dan berpikir bijak.
- Shiddiq berarti selalu berkata benar dan jujur, baik dalam ucapan, perbuatan, maupun keyakinan.
- Amanah artinya memegang tanggung jawab dengan penuh kepercayaan, tidak mengkhianati, dan selalu menjaga apa yang diamanahkan kepadanya.
- Tabligh berarti menyampaikan semua perintah Allah SWT kepada umat, tanpa dikurangi/disembunyikan atau ditambahi.
- Fathonah berarti cerdas, bijak, dan memiliki kemampuan berpikir yang tinggi, baik dalam memahami wahyu, berdakwah, maupun menyelesaikan masalah.
3. Menjadi Pelajar SMART, RELIGIUS, dan ADABI
SMART (Fathonah): Cerdas Dunia Akhirat.
Nabi sangat cerdas, bisa membaca situasi dan membuat keputusan tepat. Tidak bisa baca tulis, tapi ilmunya sangat luas dan hikmahnya dalam.
- Belajar serius di sekolah = bagian dari ibadah.
- Gunakan teknologi secara positif (contoh: cari ilmu, hafalan Qur’an, dll).
- Punya cita-cita besar: ilmuwan muslim, dokter, guru, pemimpin yang jujur.
RELIGIUS: Taat dan Cinta Allah
Selalu shalat tepat waktu, zikir, dan menjaga hubungan dengan Allah serta mengajarkan nilai-nilai Islam secara damai dan bijak dalam keseharian.
- Shalat 5 waktu, hormati orang tua dan guru = kunci keberkahan.
- Ikut kegiatan keagamaan: majelis taklim, TPQ, kajian.
- Hindari pergaulan buruk dan selalu jaga perbuatan dari maksiat.
ADABI: Berakhlak Mulia
Sebagai mana Rasulullah bersabda “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad).
Berakhlak Mulia dengan memiliki sifat-sifat Shiddiq (jujur), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (menyampaikan) dan Fathonah (cerdas atau bijaksana),
- Jujur, sopan, sabar, tidak mudah marah, pemaaf dan tidak membalas keburukan dengan keburukan.
- Sopan santun kepada guru, teman, orang tua.
- Tidak membully, tidak menyebar hoaks, tidak berkata kasar.
- Mencontoh akhlak Nabi dalam keseharian: senyum, ramah, jujur.
4. Kisah Inspiratif: Teladan Rasul dalam Kehidupan
Contoh 1: Kejujuran Nabi saat Remaja. Nabi dijuluki Al-Amin sejak muda. Semua orang percaya pada ucapannya, bahkan musuhnya sekalipun.
Contoh 2: Rasul Bersabar saat Dihina. Nabi dilempari batu oleh penduduk Thaif. Tapi beliau tidak membalas. Beliau malah mendoakan mereka.
Contoh 3: Nabi Mendidik Anak Muda. Nabi membimbing sahabat muda seperti Ali, Usamah bin Zaid, dan Abdullah bin Abbas dengan penuh kasih dan bijak.
Dari urain singkat di atas mari kita renungkan dan mermuhasabah/menghitung diri agar bisa menjadi umat Islam yang dicintai Allah dan rasululloh saw. Renungkan: “Apa yang sudah aku tiru dari Rasulullah?” Apakah aku sudah berakhlak mulia dimana saja berada? Sudah jujur? Sudah shalat tepat waktu? Dan lain-lain. “Mari kita buktikan cinta kita kepada Rasulullah dengan meneladani akhlaknya setiap hari: cerdas, taat, dan santun.”
(Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw di SMP N 2 Kalimanah Purbalingga,
Oleh Imam Edi Siswanto, S.Ag, Sabtu, 6 September 2025)
Add Comment