Home » Latih Anak Berceramah, Dapat Menumbuhkan Sifat Keberanian
Materi Penyuluh Agama Tips

Latih Anak Berceramah, Dapat Menumbuhkan Sifat Keberanian

Kd Faishal Taqy Aryanto siswa kelas 9 SMP saat belajar berceramah untuk Kultum Ramadhan di dampingi orang tua, Rabu (5/3/2025) (FOTO: Imam Edi Siswanto)

Sobat setia pembaca Bekalbaik.com, membangun mental dan jiwa anak agar bisa tampil dihadapan orang banyak, seperti ceramah perlu kesungguhan, latihan dan proses yang cukup panjang. Karena keberanian tersebut perlu bimbingan dan arahan dari orang tua.

Ceramah merupakan kegiatan berbicara di depan umum dengan tujuan menyampaikan informasi positif, nasehat atau pembelajaran.

Ceramah memiliki gaya yang lebih santai, interaktif, diskusi, tanya jawab dan fleksibel. Materinya sering berhubungan dengan pengetahuan, perilaku atau pelajaran kehidupan.

Berikut, menurut hemat kami beberapa faktor yang dapat membantu proses tumbuhnya sifat keberanian pada anak, antara laiin.

A. Keluarga

    Pengalaman pribadi mengajarkan, bahwa sejak dini anak-anak harus dilatih berkumpul dan berinteraksi dengan orang lain.

    Media bersosialisasi ini sangat mendudukung proses atau lahirnya mental berani bermasyarakat. Seperti saat bersekolah, di pengajian TPQ atau Madin, play group dan lain-lain.

    Suport atau dukungan moral dan contoh/keteladanan orang tua pada anak, adalah bagian tidak terpisahkan dari proses tumbuhnya jiwa berani dan percaya diri seorang anak.

    Seperti mengajak anak untuk hadir di acara-acara seremonial, agar anak bisa melihat saat orang sedang berceramah, berpidato, atau khutbah.

    Berikutnya adalah anak diberi kesempatan ruang untuk berlatih dan diberi kepercayaan untuk berinteraksi dengan orang lain.

    Salah satunya saat orang tua menyuruh anak menghantarkan surat undangan kegiatan sosial keagamaan atau kemasyarakatan, makanan, buku atau alat perabot rumah tangga ringan lainya.

    Melakukan tugas atau pekerjaan tersebut, akan membawa anak pada pengalaman berinteraksi, menghadapi tantangan dan memecahkan persoalan.

    Sebagai contoh saat anak menghantarkan makanan untuk tetangganya, hal ini ada banyak kemungkinan yang dihadapinya. Mulai dari rumah yang dituju sepi penghuni, pintu terkunci atau sebaliknya rumah yang di tuju ramai dan banyak orang.

    Secara empiris, anak-anak akan melihat itu sebagai persoalan yang perlu dipecahkan dan berani berbicara, seperti beruluk salam atau ucapan permisi dihadapan orang banyak.

    Contoh lain adalah bisa dengan membiasakan anak tampil di hadapan teman-teman kelasnya, mulai dari menjawab kuis atau soal, menyanyi atau menghafal dan lain lain.

    Ruang berinteraksi ini, menurut hemat kami akan terus tumbuh dan mempengaruhi mental beraninya seiring waktu.

    Apresiasi positif dengan berdiskusi dan pujian yang relevan atau hadiah dari orang tua atau keluarga atas prestasi positifnya, bisa menambah kepercayaan diri.

    B. Lembaga/Organisasi kemasyarakatan

    Organisasi masyarakat yang ada dilingkungan kita bisa menjadi salah satu wadah efektif dalam membangun mental anak, mulai dari organisasi di sekolah, Pramuka, RT, RW, PKK, Majelis Taklim, dan lain-lain.

    Dinamika dalam tubuh organisasi bisa membantu anak-anak mengenal, mengetahui dan memahami tentang kepemimpinan, aturan, musyawarah, rencana, pendanaan, analisa dan lain sebagainya.

    Sebagai contoh di tahun 2014 sampai 2017 para remaja belajar berorganisasi Remaja Masjid. Setidaknya anak-anak remaja bisa berekspresi akan potensi diri dan berinteraksi dengan teman sebaya, orang tua serta masyarakat.

    Beragam aktifitas anak-anak dan remaja bisa dilihat dalam link berikut.

    1. https://timesindonesia.co.id/peristiwa/174092/drama-santri-cilik-meriahkan-peringatan-maulid-nabi-tpq-nurul-iman

    2. https://bralink.id/%E2%80%8Bbangun-kebersamaan-dengan-perlombaan-olah-raga-santri/

    3.  https://www.instagram.com/fkrmp_penaruban/?hl=id

    4. https://www.instagram.com/tpqnurulimanpnb/

    5. https://www.bekalbaik.com/2024/06/13/santri-tqa-nurul-iman-penaruban-belajar-meulis-kata-positif/

    6. http://ediripin.blogspot.com/search/label/TPQ

    Patut disadari bahwa, jika bicara kesenangan, hoby, potensi, kemampuan dan kecerdasan anak tidaklah sama.

    Maka jika kita menjumpai anak yang berpotensi dan memiliki kemauan untuk berceramah, hal ini dapat kita dukung dan dilatih sampai berhasil.

    Pengalaman juga berbicara lagi, bahwa saat anak telah tumbuh sifat berani tampil didepan umum, maka orang tua berkewajiban mendampingi, membimbing dan mendukungnya. 

    Untuk belajar ceramah, anak-anak dapat diajarkan untuk memperhatikan, bertanya, dan berdiskusi. Saat mendampingi anak belajar berceramah, orang tua memperhatikan dan mendengarkan dengan baik.

    Kemudian orang tua bertanya tentang hal-hal yang tidak dipahami, kemudian dijelaskan, hal ini bertujuan agar anak mengerti apa yang dibicarakan. Dan bangun diskusi atau obrolan santai dari dinamika yang berkembang saat belajar berceramah.

    Demikian tips sederhana dari kami tentang membangun keberanian atau kepercayaan diri anak saat akan berceramah, semoga bermanfaat.(IES)

    About the author

    IES

    Add Comment

    Click here to post a comment

    Jadwal Sholat :


    jadwal-sholat

    Kalender Masehi – Hijriyah

    Masehi HijriyahPerhitungan pada sistem konversi Masehi – Hijriah ini memungkinkan terjadi selisih H-1 atau H+1 dari tanggal seharusnya untuk tanggal Hijriyah